Kamis, 25 Oktober 2012

To be loved

Woman was created from the ribs of a man,
not from his head to be above him...
Nor from his feet to be walk upon him..
But from his side to be equal,
near to his arm to be protected
and close to his heart to be loved..


Love is like a sand in the hand....the more you keep it, the more you loose it.

Tragedy Lantai 6

Pada hakikatnya Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya yang paling mulia. Dengan kodrat atau derajat paling tinggi diantara makhluk-makhluk lainnya. Sebagai seorang manusia, saya percaya akan adanya makhluk lain selain kita yang mungkin sebagian manusia lainnya tidak percaya akan keberadaan makhluk tersebut.
Makhluk ini seringkali dikenal atau disebut sebagai makhluk halus karena wujudnya yang kadang tak terlihat namun dapat dirasakan keberadaannya. Atau seringkali dengan tidak sengaja menampakan wujudnya yang menurut beberapa manusia yang pernah melihat sangatlah tidak indah untuk ditangkap oleh indera penglihatan. Cerita ini akan berlanjut akan kejadian yang baru beberapa hari belakangan ini saya dan teman-teman saya rasakan. Entah boleh percaya, boleh juga tidak.

Kisah ini berawal pada hari Rabu lalu, tepatnya tanggal 24 Oktober 2012. Kejadian ini mengambil lokasi di gedung kampus tempat saya menyelesaikan tingkat pendidikan akhir sebagai mahasiswa. Pada saat itu tepat satu jam setelah tengah hari bolong, matahari sedang gencarnya menyinari setiap sudut-sudut muka bumi. Pukul 13.00 satu jam setelah selesai saya dan teman-teman saya istirahat makan siang. Pada hari itu kami tidak seharusnya berada di gedung kampus yang biasanya kami tempati, karena adanya workshop maka kami semua harus mengambil lokasi di gedung 4. Gedung 4 ini terdiri dari 6 tingkatan lantai menjadi patokan lantai 1 sebagai lantai dasarnya. Dikarenakan ruangan workshop saya berada di lantai 3, maka saya dan teman-teman memutuskan untuk naik lift, terlalu lelah jika saya dan teman-teman harus naik tangga.
Akhirnya kami memutuskan untuk naik lift. Sebelumnya saya beri penjelasan bahwa tiap-tiap lift memiliki kapasitas maksimal orang yang ada didalamnya. Lift yang saya naiki ini berkapasitas sekitar 13-14 orang. Waktu itu lift menampung sekitar 11 orang yaitu Jojo, Tamay, Rama, Sasa, Enjang, Bayu, Esa, Rio, Nita, Adit, dan termasuk saya. Secara logika masih sisa 1 atau 2 orang lagi yang dapat ditampung oleh lift karena jika kelebihan berat lift ini enggan untuk menutup pintunya serta akan berbunyi dan mengeluarkan tulisan OVERLOAD.
Mulailah kami menaiki lift ini dan Rama yang pada saat itu paling dekat dengan tombol angka mengadukan jarinya pada tombol angka lift. Seharusnya dia memencet tombol 3 sebagai lantai yang kami tuju, namun entah kenapa dia menyertakan tombol 6 yang juga dipencetnya. Lift pun berjalan dengan lancarnya menaiki tiap lantai dengan segala keheningan dan guncangannya. DINGG!! Bunyi ini menandakan lift telah sampai pada lantai yang dituju, kami sudah sampai di lantai 3, namun anehnya kami semua tidak ada yang mau turun di lantai 3 padahal ruangan workshop kami berada di lantai tersebut. Saya mengambil alasan mungkin karena kami semua penasaran dengan apa yang ada di lantai 6 dan ingin sekali melihatnya. Pintu lift pun tertutup kembali, dan kami kembali berlanjut naik....lantai 4....lantai 5....DINGG!! Lift pun kini terhenti di lantai 6, perlahan pintu lift mulai terbuka, ketika pintu lift sudah terbuka penuh kami semua dikagetkan oleh suatu hal dimana kami tidak bisa keluar ke lantai 6 karena seperti ada pintu kayu yang terkunci di lantai 6 ini yang seolah menandakan bahwa lantai 6 ini tidak boleh disinggahi. Dengan kata lain setelah pintu lift terbuka ada pintu kayu lain yang menutup akses kami untuk turun di lantai 6.
Baiklah....seketika itu juga kami semua memutuskan untuk segera turun dan meluncur kembali ke lantai 3. Namun apa yang terjadi selanjutnya adalah diluar akal pikiran manusia, hal ini sangat sulit dicerna dan diterima oleh logika sekalipun. Ketika Rama ingin memencet tombol 3 kembali sebagai lantai tujuan, tiba-tiba lift pun enggan beranjak turun, pintu lift pun seakan tidak ingin bergerak tertutup. Dan pada saat itu terdengar suara TOOOOTTT!! Disertai tulisan 'OVERLOAD' yang menandakan lift tiba-tiba berkapasitas penuh dan tidak dapat digunakan sebelum kapasitas lift itu dikurangi untuk dapat berfungsi kembali.
Disinilah keganjilan menghinggapi setiap celah-celah otak saya, entah mengapa lift tidak mau menutup pintunya dan menolak karena alasan OVERLOAD padahal ketika kami naik tadi dengan jelasnya kapasitas kami masih cukup untuk menggunakan lift ini. Dan hitungan jumlah orangnya pun belum mencapai batasan kapasitas yang ditentukan. Seketika semua yang ada di dalam lift pun panik karena bunyi yang ditimbulkan oleh lift terus menerus TOOOOOT!! TOOOOOTT!! TOOOOOT!! yang menandakan OVERLOAD dan lift tidak mau bergerak turun. Beberapa teman saya sudah ada yang mulai ketakutan dan cemas, Sasa yang badannya besar dengan wajahnya yang ke-bapak-an berpelukan dengan Bayu yang wajahnya lucu seperti komedian ternama, Komeng. Mereka berdua ketakutan dan berpelukan. Kami semua terjebak sekitar 6-9 menit di dalam lift, entah mengapa waktu berjalan sangat lambat sekali. Tapi saya mencoba untuk tidak panik, saya coba untuk menggedor pintu kayu yang menjadi pembatas keluar menuju lantai 6, karena siapa tahu ada orang diluar sana yang dapat mendengar suara kami dan membukakan pintu kayu tersebut.
Namun usaha saya sia-sia. Enjang pun menyarankan untuk meninggalkan beberapa tas diantara sela-sela pintu lift dan pintu kayu, dengan tujuan agar lift yang kami naiki berkurang beban angkutnya. Namun kami semua menolak ide yang kurang brilliant tersebut. Hehehee....
Tak kehabisan akal, Rio tiba-tiba menyarankan layaknya sang pahlawan siang hari untuk turun dari lift dan menunggu diantara sela-sela pintu lift dan pintu kayu pembatas lantai 6. Namun Rio mengajak saya untuk menemani nya turun dan menunggu di sela-sela yang sempit itu. Saya pun langsung dengan tegas menolak ajakan Sang Pahlawan. Saya berpikir ogah karena belom tentu ketika lift sudah berhasil turun ada orang lain lagi yang bersedia naik lift kembali menjemput kami berdua ke lantai 6. Belum lagi suasana mistis yang dirasakan. Saya juga masih mau menyelesaikan PI dan skripsi saya nanti!
Akhirnya Jojo dengan segala kejeniusannya yang bersifat mendadak mulai mencoba memancing sensor pada pintu lift agar tertutup, dengan cara mengeluarkan setengah badan dan perlahan-lahan mulai masuk kembali ke dalam lift. Berhasil!! pintu pun akhirnya tertutup secara perlahan namun ketika ingin menutup penuh lift pun kembali berbunyi TOOOOOTTT!! OVERLOAD! seketika itu juga kami semua merasa panik kembali karena usaha yang barusan saja dikira berhasil ternyata gagal kembali. Hahahhaa...
Suasana semakin tidak karuan dan mulai panas. Namun Jojo tidak menyerah begitu saja, dia masih mencoba cara yang tadi agar pintu lift dapat tertutup, karena pada dasarnya kami yakin cara itu bisa dilakukan. Tapi apa mau dikata cara tersebut kembali gagal, pintu selalu hampir saja menutup penuh sebelum pada akhirnya terbuka kembali dan mengeluarkan suara TOOOOOOT!! OVERLOAD.
Jojo mencoba 2 sampai 3 kali cara yang sama dan gagal. Saya masih penasaran dan percaya cara ini akan berhasil, yang nantinya akan membawa kami turun ke lantai 3 dengan aman. Saya pun juga mencoba menirukan caranya Jojo, mengeluarkan setengah badan saya kemudian pintu tertutup perlahan dan saya kembali memasukkan setengah badan saya dan......... TOOOOOOT!! OVERLOAD, pintu lift terbuka kembali. Kami hampir pasrah di dalam sana. Namun saya terus mencobanya kembali. Percobaan kedua tetap gagal. Dan di percobaan yang ketiga.....saya mengeluarkan hampir seluruh badan saya kemudian pintu lift mulai tertutup perlahan dan saya masuk kembali kedalam lift pelan-pelan dengan tidak menimbulkan goncangan, dan pada akhirnya........Tek! BERHASIL!! Wajah-wajah sumringah pun mulai hinggap pada diri saya dan teman-teman saya menggantikan kepanikan yang sebelumnya timbul dan menguasai. Lift pun turun ke lantai 3, setelah kami semua sampai di lantai 3 dengan segera kami berebut lari keluar lift. Hahahaa..
Lucunya kami semua bisa tertawa sesaat setelah lift berhasil turun, sungguh keadaan yang kocak namun menegangkan. Yang pada akhirnya kami semua belajar untuk tidak main-main dengan lift itu lagi. Dan beberapa dari teman saya pun trauma dan enggan naik lift lagi esok harinya. Hahahaha..

Kejadian tersebut sungguh diluar akal sehat dan logika manusia. Lift yang awalnya berjalan dan naik dengan lancar tiba-tiba tidak bisa turun dari lantai 6, padahal jumlah orang yang ada di dalamnya masih tetap sama.
Adakah makhluk lain yang mencoba masuk pada saat itu ? Benarkah keberadaan mereka bisa dirasakan ? Dan apakah mereka benar-benar ada ?


Percayalah...

Minggu, 14 Oktober 2012

Dua Hari Semalam di Puncak

Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi kisah perjalanan liburan saya bersama teman-teman saya ke Puncak. Kami memulai perjalanan sewaktu kami sedang libur akhir semester lalu, bersama dengan kelima teman saya, yaitu Bayu, Jojo, Rama, Erky, dan Rio.

Cerita ini bermula ketika kami pada awalnya memang sudah berencana untuk mengisi beberapa hari liburan. Hitung-hitung sembari membuang kepenatan setelah selesai aktivitas perkuliahan di semester sebelumnya.
Sebenarnya ada beberapa dari teman kami yang berencana untuk ikut serta, namun karena satu dan lain hal mereka berhalangan untuk ikut berlibur.
Setting waktu dan lokasi bermula di Kampus E Gunadarma pada bulan Agustus lalu, saya agak lupa persisnya tanggal berapa.
Saya dan kelima teman saya berkumpul di kampus kira-kira pukul 11.00 siang sebelum berangkat. Setelah kami semua berkumpul, kami bersiap untuk memulai perjalanan ke Puncak. Kami berangkat mengendarai sepeda motor. Tepatnya dengan 3 buah sepeda motor dengan 1 motor berboncengan 1 orang.
Kami mengambil rute melalui Jl. Raya Bogor dengan alasan lebih dekat daripada harus lewat jalan lain. Kami benar-benar menikmati perjalanan kali ini, disebabkan oleh jalanan yang tidak terlalu macet, namun tetap saja sinar matahari yang menyengat kami berlima dalam perjalanan. Tak banyak yang bisa diceritakan selama perjalanan sewaktu sebelum sampai Kota Bogor, karena lokasi jalannya yang kurang begitu memanjakan mata. Namun itu semua berubah ketika kami sudah mencapi Kota Bogor. Kota ini terasa begitu asri dan sejuk. Kami meneruskannya hingga akhirnya kami memasuki kawasan Puncak. Disini udara sudah terasa begitu segar dan sejauh mata memandang yang kami lihat hanyalah hamparan kebun teh dan rumah-rumah penduduk yang begitu sederhana.

Tak terasa kami sudah sampai pada tempat tujuan kami. Kami tiba sekitar pukul 14.30 siang. Di liburan kali ini, saya beserta teman-teman saya yang lainnya meminjam sebuah vila dari salah seorang teman kami yang lainnya, sebagai tempat kami beristirahat. Sesampainya disana kami langsung membereskan barang-barang yang kami bawa, dan juga membereskan sedikit vila yang kami tempati agar terasa lebih nyaman.
Setelah itu saya dan kelima teman saya makan siang, karena tak terasa kami berlima belum makan siang sebelum kami berangkat tadi. Setelah perut kami sudah cukup kenyang, kami semua beristirahat, ada yang tidur, ada yang menonton TV, ada yang sibuk bermain dengan laptop, dan ada yang sedang asyik mencoba berfoto-foto dengan kamera DSLR nya.

Cerita ini berlanjut hingga malam hari. Pada malam harinya kami berencan untuk jalan-jalan keluar villa untuk menikmati keindahan kawasan Puncak di malam hari. Dengan menaiki sepeda motor, saya dan kelima teman saya berkunjung ke sebuah kedai kopi dan rumah makan. Disana kami menghabiskan waktu dengan makan malam, minum kopi, dan juga bermain kartu. Sesekali kami bersenda gurau dan banyak sekali tawa yang tercipta di dalam keheningan malam. Setelah puas dengan makan malam, kami memutuskan untuk berjalan-jalan kembali sambil berfoto-foto di malam hari.
Momen ini sangat mengasyikan dan seru sekali, banyak foto-foto yang muncul dari hasil tangkapan kamera.
Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 01.00 dini hari, dan kami segera bergegas kembali ke vila untuk istirahat.
Namun sesampainya kami di vila, bukannya langsung beristirahat kami malah asyik menonton TV karena pada saat itu ada acara pertandingan sepak bola yang disiarkan. Singkat cerita kami menonton sepak bola dengan sangat seru, namun saya dan beberapa teman tertidur di tengah-tengah acara menonton.

Keesokan paginya saya bangun pukul 09.00 pagi. Teman-teman saya ada yang masih tertidur namun ada juga yang sudah bangun. Setelah semuanya bangun dan selesai mandi pagi lalu sarapan, kami membereskan barang-barang kami untuk berangkat pulang. Tak lupa kami berterima kasih kepada penjaga vila yang sudah membantu dan memperkenankan kami untuk menempati vila yang kami singgahi.
Kami meninggalkan vila sekitar pukul 10.30 pagi, namun di dalam perjalanan pulang kami menyempatkan waktu untuk berjalan-jalan untuk berfoto-foto kembali. Kami juga sempat mengambil foto di kawasan Rindu Alam. Setelah puas berfoto-foto akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pulang. Dalam perjalanan kali ini kami menuju kembali ke Depok, tepatnya ke arah kampus. Setelah lelah dalam perjalanan pulang akhirnya kami tiba di kampus, dan tak terasa acara liburan telah usai. Dan akhirnya kami kembali ke rumah masing-masing.


Dokumentasi :